Kepada awak media, Naufal berkata bahwa seumur hidupnya, dia memang selalu lebih besar dari teman-teman sepantarannya.
“Dari kecil memang gampang gemuk. Lahir normal, tapi tiap bulan naik satu kilogram. Sakit saja naik setengah kilogram. Pas mau lulus sekolah dasar (SD) itu 110 kilogram, tapi masih bisa main futsal, berenang, dan lain-lain,” ujarnya dalam konferensi pers Rumah Sakit Pondok Indah Group yang bertajuk “ Bariatrik, Komitmen Hidup Sehat”, Jakarta, Kamis (14/3/2019).
Masalah mulai dirasakannya ketika masuk pesantren saat usia sekolah menengah pertama (SMP). Dikarenakan kesibukannya, Naufal menjadi stres dan melampiaskannya pada makanan. Sekali makan nasi goreng, misalnya, Naufal bisa melahap tiga porsi. Kalau makan kambing, dia bisa memakan seperempat ekor.
Pada puncaknya, berat badannya pun mencapai 239 kilogram dan ukuran pakaiannya 8-9 XL.
“Namanya orang gendut, (saya) jadi gampang capek, dan sakit sendi kalau jalan lama,” katanya.
Tidak tahan dengan kondisinya, Naufal pun datang ke Rumah Sakit Pondok Indah – Pondok Indah untuk meminta pertolongan medis.
Dia ditangani oleh dr David Fadjar Putra, M. S, Sp. GK yang merupakan Dokter Spesialis Gizi Klinik RS Pondok Indah – Pondok Indah. Berat badannya memang sempat turun, tetapi penurunan tersebut hanya bertahan selama tiga bulan.
Walaupun hasil cek laboratorium Naufal tidak menunjukkan adanya masalah, bahkan lebih baik dari kebanyakan orang; pihak rumah sakit tetap merasa khawatir.
Pasalnya, seperti yang disampaikan oleh Dr. dr. Peter Ian Limas, Sp. B-KBD – Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif RS Pondok Indah – Pondok Indah, mungkin kondisi itu hanya sementara dan banyak penyakit sedang menunggu.
Alhasil, mereka pun mengusulkan Naufal untuk menjalani bedah bariatrik.
Dia mungkin masih jauh dari berat yang ideal, tetapi perkembangan berat badannya sejauh masih sesuai target, yaitu 100 kilogram dalam setahun. Peter pun mengapresiasi upaya Naufal yang mau bekerjasama dengan dokter dan disiplin menjaga berat badannya seusai operasi. Sebab, bukan tak mungkin berat badan pasien yang sudah menjalani operasi kembali lagi setelah operasi karena tidak menjaga pola makan dan pola hidupnya. Untuk mempertahan efektifitas bedah bariatrik, dibutuhkan komitmen dan konsistensi yang kuat dari pasien untuk mengubah gaya hidupnya seumur hidup. “Ini bukan peluru emas. Kita hanya membantu mendaki gunung saja, kalau jalannya sudah mendatar, pasien juga harus jalan sendiri,” kata Peter.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Kisah Naufal Turun 36 Kilogram dalam 3 Bulan dengan Bedah Bariatrik”, https://sains.kompas.com/read/2019/03/15/200600523/kisah-naufal-turun-36-kilogram-dalam-3-bulan-dengan-bedah-bariatrik.
Penulis : Shierine Wangsa Wibawa
Editor : Shierine Wangsa Wibawa